Tulisan Bersamamu
BERSAMA
HEMBUSAN ANGIN
Bersama
hembusan angin dan udara alam semesta
Dan
daun-daun berguguran
Bersama
sehalus dan sebening awan dilangit
Bersama
bayang-bayang semu
Merasakan
indah dan sunyi yang kurasakan
Kumemandangi
dalam keteduhan..
Memandang
indahnya seduh sedih sedan
Bersama
tetesan hujan yang membasahi alam ini
Dalam doaku
berkata akankah bayang-bayang semu menjadi nyata?
Apakah hanya
ilusi sesaat?
Bersama
hembusan angin dan daun-daun berguguran..
Menjadi
saksi bisu anatara kau dan aku.
SEPRCIK HARAPAN
Serpihan
malam
getaran-getaran
halus
menggenggam
lurus
dalam detik
ini
ingin ku
selimuti
bayang-bayang
sepi
Aku
kehilangan bayangmu
kusapu bekas
bayangmu
aku masih
seperti kemarin
menanti
dalam hening
namun kau
tak bergeming
menuju ke
arahku
Entahlah...
mungkin aku
harus berlalu
mengalah
pada waktu
karena aku
didirimu
hanya
sebagai sosok semu
aku cukup tertunduk
disini
berteman segelas
kopi kemarin,
BIARKANLAH
KAU YANG MENUNGGUKU
Setiap bait
nada rinduku
Kujahit
dalam sebuah rajutan cintaku padamu
Untuk
tiap-tiap kata cinta,
Yang selalu
datang saat aku memikirkanmu,
Akan ku
pantulkan dengan cermin kesetiaanku,
Agar aku
terhindar dari rindu yang menghampiriku,
Kan ku
biarkan kau yang menungguku,
Kan ku coba
bagaimana kesetiaanmu,
Agar kau
bisa merasakaan,
Bagaimana
rindu itu sebenarnya,
Agar kau
dapat mengerti apa itu kesungguhan,
Bukan sebuah
kepalsuan bukan candaan,
Yang kau
tuduhkan kepadaku itu,
Inilah
rasanya rindu,
Memberatkan
diri membuat cemburu,
Inilah
rasanya rindu,
Biarkanlah
kau yang menungguku
HATI YANG
TAK TERGOYAHKAN
Teruntuk
hati yang pernah mati
Mungkinkan
akan kembali
Mesti
istigfar yang ku lapalkan telah meribu
Kembali
mengalir dalam darah
Kemanakah
wahai hatiku ?
Saat jemari
ini sudah lelah memetik senar kehidupan
Dimanakah
relief – relief nada cinta yang kuciptakan
Lebur dan
berserakan
Sekarang kau
telah bersama dia
Dia yang kau
cintai
Dia yang
engkau sayangi
Dia yang
selalu ada dalam ingatan mu
Dan dia yng
segalanya bagi langkah kakimu
Aku tak
meminta yang lain darimu
Aku tak
meminta agar kau tak menyiakan ku
Aku bagaikan
purnama gerhana
Yang hilang
tanpa arah tujuan
Aku tak
perlu harapan mu
Yang aku
perlukan adalah sebuah kepastian lagi
Kepastian
yang bukan sekedar rasa yang tertinggal
MENYENTUH
LANGIT
Saat senja
telah berganti
Kicau burung
menemani
Tak kecuali
awan membasahi
Alunan
coklat yang terhiasi
Menatap
angin yang semu
Apa kau tak
mau tahu
Di rasi juta
bintang
Gemerlap
indah bertabur riang
Ku lukis
indah sayap mega
Kan terukir
seribu ceria
Tuk mampu
aku kesana
Temani
malaikat yang bahagia
Satu jemari
telah menyapa
Menari indah
dan jelita
Pesona ia
bersimpul irama
Di taman
angkasa Sang Kuasa
Hanya
sanggup terpukau
Tanpa harus
tinggal disana
Inikah
pintaku....
Ku sentuh
itu dengan lembut
Ku rangkai
cita-citaku
Biarkan aku
menyentuhnya
Biarkan aku
menyentuh langitku....
Kehidupan
ini memaksaku untuk kuat
Dari
berbagai masalah yang tak berujung
Menjelma
menjadi misteri yang indah
Semua
seperti sandiwara..
Tuhan...
Aku takut
kehilangan orang-orang yang kusayangi
Aku takut
kehilangan perhatian dari mereka
Aku takut
kegelapan & kesunyian
Jika hidupku
masih panjang
Aku ingin
melakukan sesuatu untuk mereka
Meski kecil
& nyaris tak berarti
Namun mampu
dikenang hingga akhir hayat
Bahkan
hingga aku pindah pada dimensi yang lain
WAKTU YANG
BERLALU
Andaikan
saja waktu.....
Dapat ku
putar kembali.....
Sejenak ku
akan terdiam disana....
Dan ku
renungi apa yang telah terjadi......
Mungkin....
Inilah
salahku....
Salah dimana
aku terdiam dan membisu....
Saat kau
inginkan hadirku...
Kini waktu
pun berlalu...
Detik yang
terhempaskan...
Menit yang
ku habiskan...
Dan hari
yang ku biarkan berlari....
Meninggalkan
aku seorang diri....
Cintaku seperti Cerutu
Kau apit
hidupku
Lalu kau sulut
dengan api
Dihabisinya
riwayatku
Lalu kau
hempas ke belakang
Ah,
sudahlah....
Kedua bola
hitam yang kau punya
Takkan
membesar bila,
Cerutu yang
tak lagi utuh
Ah, bosan
aku...
Tiap isyarat
hanya 'tuk rindu
Lepas penat,
segala sendu
Surga fana
sesaat untukmu
Ah, marah
aku...
Kau hanya
lihat label,
Padahal
hanya kau nikmati
Sebentar
saja
Aku kecewa,
Ku tak ingin
menjadi
Penghias
bibirmu
Pembangkit
gairahmu
Aku takut...
Asapku
membuatmu sakit
Karena tak
ada penawar
Selain kematian
Padahal....
Ku tak segan
membunuhmu
Walau, kau
memilihku
Lalu kau
menginjakku
0 komentar